">
by admin1 on | 2025-03-03 02:21:09
Share: Whatsapp |
Onix news, Jakarta - Kementerian Agama (Kemenag) tahun ini
kembali mengirim 1.000 dai dan daiyah dari berbagai daerah di Indonesia ke
wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal), wilayah khusus, hingga luar negeri.
Program ini menjadi bagian dari tarhib Ramadan 1446 H.
Pelepasan keberangkatan ini berlangsung pada Rabu
(26/2/2025) di Jakarta, dalam Ceremony Pembekalan dan Pelepasan Dai ke Wilayah
3T, Wilayah Khusus dan Imam Diaspora Indonesia di Luar Negeri Tahun 2025.
Pelepasan ditandai dengan penyerahan bendera merah putih oleh Direktur Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Abu Rokhmad kepada perwakilan dai.
Pengiriman dai ke wilayah 3T rutin dilakukan sejak 2022
setiap Ramadan. Program ini bertujuan meningkatkan pemahaman dan pengamalan
ajaran Islam, memperkuat harmoni masyarakat berbasis nilai agama dan kearifan
lokal, serta membantu menyelesaikan masalah sosial, dan budaya di wilayah
perbatasan.
Tahun ini, Kemenag juga memperluas akses layanan keagamaan
bagi diaspora Indonesia di luar negeri dengan mengirim lima dai ke Australia,
Jerman, dan Selandia Baru. Para pendakwah yang ditugaskan di luar negeri
merupakan peraih juara MTQ di tingkat nasional.
Abu Rokhmad mengapresiasi para pendakwah yang meneguhkan
niat untuk mengabdi selama Ramadan. “1.000 orang yang siap terpisah selama
sebulan dengan istri maupun suami ini merupakan pengabdian luar biasa.
Perjalanan yang penuh dengan tantangan, tapi juga penuh dengan pahala yang luar
biasa,†ujar Abu Rokhmad.
Abu juga mengingatkan terkait dokumentasi dan evaluasi
dakwah. Setiap dai diminta melaporkan aktivitasnya, mengaktifkan media sosial,
serta membuat laporan berbasis data untuk mengukur perubahan di masyarakat.
Selain itu, ia berharap, para dai dapat memiliki kedekatan emosional dengan
masyarakat dan keluarga yang mereka bina.
“Negara membutuhkan tangan-tangan kreatif dan niat baik para
dai. Bantu negara ini dengan mengajak masyarakat bekerja keras sesuai
bidangnya. Bangun kedekatan emosional,†ujarnya.
Direktur Penerangan Agama Islam Ahmad Zayadi menambahkan,
meningkatnya permintaan layanan keagamaan dari diaspora, berpotensi bagi
Indonesia untuk menjadi kiblat dalam kajian dan praktik keislaman, sebagaimana
permintaan imam dan khatib dari berbagai negara, termasuk Kuwait dan Uni Emirat
Arab. “Layanan keagamaan yang kita berikan bisa dilihat dari keberadaan
Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) yang dibangun oleh Indonesia,
yang memiliki 70 persen mahasiswa asing dan 30 persen mahasiswa lokal,â€
tambahnya.
Zayadi berharap, para dai yang diutus dapat memahami
pentingnya mengenal audiens (mad u) secara psikologis dan spiritual.
"Dakwah perlu memperhitungkan faktor sosial dan budaya masyarakat. Dai
tidak hanya bertugas menyampaikan ajaran agama, tetapi juga melakukan analisis
sosial agar dakwah lebih efektif,†pungkas Zayadi.
Program pengiriman dai ke wilayah 3T, wilayah khusus, dan
luar negeri ini digelar atas kerja sama dengan berbagai pihak, yaitu Badan
Pengelola Keuangan Haji, BAZNAS RI, Dhompe Dhuafa, Bank Syariah Indonesia, BSI
Maslahat, Salam Setara, YBM PLN, LAZ As-Salam fil Alamin, Baitul Mal Wal
Muamalat, 10 LAZ Munzalan Indonesia, LAZ Mizan Amanah, Ponpes As adiyah, Ma had
Aly al Mubarok, dan Ponpes Modern Dzikir Al Fath. Para pendakwah dijadwalkan
berangkat pada 27 Februari 2025 dan bertugas hingga akhir Ramadan.